Rahim Pengganti

Bab 56 "Please Bangun"



Bab 56 "Please Bangun"

0Bab 56     

Please bangun     

Sudah selama satu Minggu Carissa terbaring tak berdaya di atas tempat tidur, hal itu semakin membuat Bian tidak tenang. Carissa dan anak mereka sudah dipindahkan ke rumah sakit yang ada di Jakarta, setelah tiga hari dirawat Bian menghubungi dokter terbaik untuk memindahkan anak dan istrinya.     

Kondisi sang anak semakin hari semakin baik, meskipun harus tetap di dalam inkubator, setiap hari Bian selalu datang mengunjung anaknya itu air matanya selalu mengalir deras ketika mengingat kejadian beberapa hari lalu.     

Ingin marah namun, tidak bisa Bian masih belum bertindak sesuatu pria itu belum memberikan keputusan. Padahal Jodi dan Elang sudah memperingati Bian untuk tidak legah, kedua pria itu hanya takut sesuatu hal terjadi kepada Carissa atau anaknya.     

"Gimana udah ada kabar dari Bian?" tanya Elang. Pria itu baru pulang dari luar kota setelah dua hari lalu pergi untuk urusan bisni. Jodi hanya menggelengkan kepalanya, kedua pria itu hanya menghela napasnya berat.     

"Kita tetap waspada Jod. Loe tahu, gimana saikonya Della, gue gak mau lihat Bian jadi terpuruk, loe tahu gimana Bian mencintai Caca meskipun perasaan itu belum dirasakan oleh Bian."     

"Gue udah minta bantuan Ares untuk hal ini, jadi dia juga akan ikut mantau Della."     

"Bagus. Gue cuma gak mau Aiden ikut campur, tingkat bucin pria itu sangat akut. Dia bisa melakukan apa saja demi membantu Della, dan jika Bian tahu bisa habis itu anak. Loe tahu gimana sikap dingin keduanya," balas Elang.     

Jodi mengangukkan kepalanya, keduanya lalu diam tanpa ada yang berbicara diam dengan pemikiran masing masing.     

Dilain tempat, Della sudah lebih baik dari sebelumnya. Itu semua berkat Aiden yang dengan sabar merawat wanita itu. Setelah dirasakan cukup baik, Della akan berkunjung melihat madunya, ingin tahu bagaimana kondisi Carissa.     

"Kamu yakin akan pergi ke sana?" tanya Aiden. Pria itu baru saja keluar dari dalam kamar mandi, Della tersenyum menatap ke arah Aiden wanita itu lalu beranjak dari duduk dan memeluk Aiden. "Gue yakin, gue cuma mau lihat Carissa aja." Della tersenyum "Lihat apa dia sudah akan mati tahu belum," lanjut Della dalam hatinya.     

Wanita itu tidak akan pernah rela melihat kebahagiaan Carissa. Aiden menatap ke arah Della, dan berbisik. "Jangan lakuin hal yang aneh aneh lagi, aku gak mau kamu kenapa kenapa. Biarkan mereka, dan kita akan bangun kebahagian untuk kita bersama," ujar Aiden.     

Terlihat jelas dari sorot mata Aiden penuh dengan pengharapan, pria itu sangat tulus dengan hal itu Aiden tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa Della.     

"Iya ... iya ... sayang," jawab Della.     

***     

Della pergi ke rumah sakit seorang diri, karena Aiden tidak bisa menemani. Pria itu tidak mengerti dengan urusan kantor yang tiba tiba tidak stabil, ada sesuatu hal yang terjadi sehingga banyak masalah yang timbul, dan Aiden harus menyelesaikan semuanya.     

Dengan kacamata hitam dan pakaian serba hitam, Della berusaha biasa biasa saja supaya tidak di kenali oleh orang orang. Wanita itu harus melihat Carissa dan menyuntikkan sesuatu supaya lawannya itu segera mati.     

Keadaan seolah sedang berpihak dengan Della, tidak ada seorang pun yang berada di dalam ruangan tersebut. Wanita masuk secara diam diam, setelah merasa aman Della membuka kacamatanya menatap ke arah tempat tidur dengan tatap sinis.     

"Kamu seharusnya tidak seperti ini. Kamu lebih baik meninggal, tapi tenang saja aku akan membantu kamu untuk bisa pergi dengan cepat," ujar Della lalu mulai mendekat ke arah Carissa mencoba melepaskan selang oksigen, membiarkan tubuh Carissa yang bergetar hebat. "Selamat jalan Carissa neraka sedang menanti kamu," ujarnya lalu pergi meninggalkan Caca. Saat akan keluar dari ruangan tersebut, Della bertemu dengan suster yang akan masuk segera Della pergi dari sana wanita itu berjalan dengan sangat cepat.     

"Siapa dia. Kenapa pakaiannya sangat mencurigakan," ujar suster tersebut. Suster itu segera masuk, saat membuka pintu suster yang sedang bertugas terkejut dengan apa yang dilihatnya. Tubuh Carissa kejang, segera dirinya menekan tombol darurat. Dokter yang menangani Caca langsung memberikan penanganan yang insentif.     

***     

Bian berlari dengan sangat kencang, pria itu syok dengan kabar yang sudah diberitahukan oleh pihak rumah sakit mengenai hal yang terjadi, dengan cepat Bian masuk ke dalam kamar rawat istrinya.     

Di sana sudah ada Siska yang menangis, melihat kondisi Carissa tadi. Semua orang yang ada di sana sudah takut dengan apa yang akan terjadi, takut jika sesuatu hal yang buruk terjadi kepada Caca.     

"Apa yang terjadi?" tanya Bian dengan nada dinginnya.     

Suster yang menjadi saksi segera, menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya kepalan tangan Bian terlihat jelas tidak sukanya. Pria itu, menahan untuk tidak membentak pihak rumah skait, karena sadar bukan sama mereka. Bian segera menekan nomor seseorang, berbicara dengan lantang siapa saja yang mendengar hal itu bisa merasakan aura tidak baiknya.     

Bian lalu duduk di samping istrinya mengembang tangan Carissa dengan penuh cinta pria itu kembali meneteskan air matanya. Menatap sang istri yang masih terbaring diatas tempat tidur.     

"Kenapa kamu tega Sayang. Ini sudah sangat lama, please bangun sayang. Apa kamu tidak mau melihat anak kita? Ayo sayang bangun, aku menunggu kamu," ujar Bian. Siska yang berdiri di depan pintu, ikut menangis gadis itu tahu bagaimana perasaan Bian saat ini. Perasaan hancur dengan apa yang sudah terjadi.     

Siska duduk dilantai, gadis itu menangis sejadi jadinya, Nizam yang tadi pergi ke kantin rumah sakit segera berlari saat melihat kondisi Siska yang tidak stabil. Pria itu selalu ada di samping Siska, menjadi tempat gadis itu berbagai kesedihannya.     

"Hei kamu kenapa? Ada apa?" tanya Nizam panik, pria itu takut sesuatu hal terjadi kepada Siska. Takut ya itulah yang dirasakan Nizam, pria itu tidka bisa melihat Siska yang kacau seperti saat ini.     

Siska masih diam wanita itu menatap Nizam memeluk pria itu dengan erat, Siska menangis dalam pelukan Nizam mengeluarkan semua yang ada di dalam hatinya.     

"Kamu mau bantu aku, kan?" tanya Siska. Dengan usap penuh cinta, Nizam bergumam. Pria itu akan membantu Siska dalam segala hal.     

***     

Jodi mengumpat ketika tahu apa yang sudah terjadi kepada Carissa, pria itu segera meminta beberapa orang suruhan untuk berjaga jaga di rumah sakit, mendapat kabar yang tidak mengenakan dari Bian membuat Elang dan juga Jodi langsung bertindak.     

Kedua orang itu tidak mau terjadi sesuatu dengan Carissa terlebih anaknya yang masih harus berada di dalam ruangan inkubator dan harus berada di dalam kondisi baik.     

"Jadi mau loe sekarang gimana Bian?" tanya Elang. Pria itu sudah tidak bisa berkata kata lagi, Elang berharap Bian bisa bersikap adil.     

"Jangan dibutakan dengan cinta. Loe sudah tahu, gimana Della apalagi dengan banyaknya bukti yang terlihat. Jangan menutup mata Bian, kesehatan Carissa adalah hal yang penting, ingat dia adalah orang yang melahirkan darah daging loe."     

Bian terdiam, pria itu menatap ke arah kedua sahabatnya. Bian menghembuskan napasnya berat, dadanya sesak namun, dia harus mengambil sebuah keputusan.     

"Bantu gue untuk menyelesaikan semuanya," ucap Bian. Mendengar ucapan tersebut membuat Elang dan Jodi bernapas lega.     

###     

Hallo. Selamat membaca, dan terima kasih. Sehat terus buat kalian semua yaa, love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.